NIKMATNYA TUBUH KEPONAKAN KU
Di dalam rumah Sinta gak terlalu besar mulai depan ada ruang tamu, kamarnya Sintadan di lantai 2 ada kamar hakimknya dan kamar pembatu di belakang , hakimknya namanya dammar dia masih kelas SMP sedangkang pembantunya sering di panggil mbok inem.
Sore hari itu ketika kami sedang belajar di kamar Sinta, tiba-tiba ibunya Sinta masuk ke dalam kamar lalu:
“Wah.. Lagi pada belajar yaa..” serunya
“Iya Mah” jawab Sinta
“O iya.. Ra.. Ini ada Om Iqbal..”
Lalu aku melihat seorang pria masuk ke dalam kamar.. Orangnya biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa.. Tidak terlalu tinggi.. Berkulit sawo matang dan usianya kira-kira menjelang 40 tahun, tapi masih tampak segar, dan Om Hakim ini langsung menyalami kami semua.. termasuk aku.
“Ta. Nanti Om Iqbal akan nginap disini.. Tapi sekarang Mama mau pergi dulu .” seru ibunya Sinta
“Kemana Maa..?”, tanya Sinta,”
“Ah.. Hanya ke rumah Tante Sindi aja.. Malam juga pulang” sahut ibunya Sinta.
“Okee.. Maa.. Hati-hati yaa.. Om Hakim.. Jagain Mama yaa” sahut Sinta.
Lalu mereka pergi keluar kamar, dan kami meneruskan belajar lagi. Setelah belajar, diskusi dan becanda.. Tanpa disadari waktu sudah pukul 11 malam.. Lalu Sinta mengusulkan agar kita tidur dulu. Maka kami bertigapun segera ganti baju.. Aku mengenakan baju daster biasa yang aku bawa dari rumah, dimana dasterku model terusan dan hanya sampai sebatas lutut saja.
Setelah ganti daster akupun pergi ke kamar mandi.. Untuk gosok gigi dan buang air kecil.. Lalu aku melepas bra dan CD ku, sudah kebiasaan aku kalau tidur hanya pake daster saja tanpa CD dan bra, kembali kekamar.. Aku melihat Sinta dan Nina sudah berbaring diatas ranjang memakai selimut, dan akupun segera bergabung dengan mereka dan tidur dengan nyenyak.
Pagi harinya aku bangun jam 8 pagi dan aku lihat Sinta dan Nina sudah mengenakan pakaian rapih,
“Eh.. Pada mau kemana?” tanyaku.
“Aku mau anterin Nina pulang..”sahut Sinta.
“Jangan lama-lama dong.. Aku kan sendirian.. Ibu lu kemana Ta?” tanyaku lagi.
“O.. Mama lagi keluar bentar..”
“Terus.. Om lu itu.. Om Iqbal kemana?”
“Dia nganterin Damar sekolah”
“Wah aku sendirian dong..” sahutku.
“Sudah.. Tenang aja.. Kan ada si mbok” sahut Sinta.
Lalu mereka pergi meninggalkan aku sendiri di kamar, setelah menyisir rambut aku mengambil handuk dan keluar kamar.. Tampak sepi didalam rumah itu, dan akupun menuju ke kamar mandi, ketika aku sedang mandi.. Tiba-tiba terdengar suara.
“Non.. Non tika”
Ah.. Ada apa nih si mbok.. Pikirku, “Kenapa mbok..?” seruku dari dalam kamar mandi.
“Non.. Mbok pergi kepasar dulu yaa..” serunya.
“Iya.. Mbok” sahutku.
Selesai mandi.. Aku menutupi tubuhku yang telanjang itu dengan handuk, tidak terlalu besar handuk itu.. Hanya sebatas leher sampai ke setengah paha, lalu aku keluar kamar mandi.. Dan memang tampak sepi sekali dalam rumah itu, dan akupun yakin.. Tidak ada siapa-apa lagi selain aku didalam rumah itu.
Lalu aku menuju kekamar.. Tanpa menutup pintu.. (suatu kesalahan bagiku, tetapi..) karena jendela aku tutup maka aku pun menyalakan lampu sehingga kamar terang benderang, aku berdiri di depan meja rias sembari menyisir rambutku yang panjang.
Tiba-tiba..”ting”.. Giwangku jatuh ke lantai dan meluncur kebawah ranjang, akupun segera berlutut dilantai dan menjulurkan tanganku kebawah ranjang.. Tapi tidak tersentuh giwangku itu, lalu aku semakin membungkukkan tubuh ku.
Sehingga posisi ku menungging dengan kepala masuk kebawah ranjang.. Aku tidak sadar kalau posisiku itu membelakangi pintu.. Dan yang lebih parah lagi aku tidak sadar kalau diambang pintu ada Om Iqbal yang sedang memperhatikan.
Jelas saja Om Iqbal itu dapat melihat bentuk kemaluanku dengan jelas dari belakang.. Karena saat itu handukku pun tersibak ke atas.. Aku tidak tahu berapa lama Om Hakim memperhatikan kemaluanku dari belakang karena cukup lama aku mencari-cari giwangku itu.
Tiba-tiba.. Ehmm.. Ehmm.. Terdengar batuk Om Iqbal.. Aku terkejut setengah mati, dan buru-buru berlutut lagi..
“Oh.. Om Iqbal..” seruku gugup, tampak Om Iqbal hanya tersenyum saja..
Akupun segera bangkit berdiri dengan perasaan tidak karuan.. Karena gugupnya.. Tiba-tiba.. Handukku terlepas dan jatuh kelantai.
Kini aku tambah salah tingkah.. Dan didalam kegugupan itu aku hanya berdiri diam saja menghadap Om Iqbal.. Tampak mata Om Iqbal berbinar.. Memandangi tubuhku yang telanjang itu dari atas sampai kebawah.
Dalam kepanikan itu.. Aku bukannya mengambil handuk itu, tapi aku malah berjalan menuju kelemari.. Karena aku berniat segera mengambil baju, belum sempat aku membuka lemari.. Tiba-tiba Om Iqbal sudah dibelakangku.
Segera ia memegang kedua bahuku.. Dan mendorong aku ke lemari.. Sehingga dadaku menempel kelemari.. Lalu dengan ganasnya Om Iqbal mulai menciumi belakang leherku, terdengar nafasnya yang memburu.. Aku meronta kecil.. Dan
“Jangan.. Jangan Om..” seruku, tetapi tampaknya Om Iqbal tidak peduli..
Ia terus menciumi leherku dari belakang dan tangannya segera mengelus-elus piinggiran tubuhku, aku mengelinjang kegelian.. Ciuman dan jilatan Om Iqbal membuat aku berhenti meronta dan membiarkan ciuman Om Iqbal yang makin lama makin kebawah.
Kepunggungku dan akhirnya sampai kebongkah pantatku.. Nggk.. Aahh.. Aku hanya bisa mendesah saja dengan tubuh merinding ketika Om Iqbal menyapu bongkah pantatku dengan lidahnya.. Tiba-tiba Om Iqbal merenggangkan kedua pahaku dan terasa lidahnya segera menjilati bibir memekku dari belakang..
Wowww.. Oohh.. Nikmat.. Sekali.. Sehingga tanpa sadar aku menungging-in sedikit pantatku kebelakang sampai kakiku berjinjit.. Aahh.. Nggkk.. Auuhh.. Rintihku dengan mata terpejam.. Dan kedua tanganku hanya bisa menahan tubuhku ke lemari.
“Aah.. Jangan.. Om.. Aakkhh” desisku ketika Om Iqbal membuka belahan pantatku dan segera lidahnya menjilat habis lobang pantatku..
Aku benar-benar merasakan nikmat atas permainan lidah Om Iqbal.. Sehingga tanpa sadar aku mengoyang-goyangkan pinggulku. Om Iqbal tampak mengetahui betul kalau aku sudah terangsang hebat, dan dia tidak sungkan-sungkan menjilati cairan yang keluar dari liang kemaluanku, akupun semakin lupa diri.
Tidak peduli siapa itu Om Iqbal, bahkan aku mengulurkan kedua tanganku kebelakang dan membuka belahan pantatku.. dalam hatiku “Jilat.. Jilat omm.. Jilatin seluruhnya”, dan tampaknya Om Hakim mengetahui keinginanku.. Iapun segera menyapu lobang pantatku lagi sampai ke memekku dengan lidahnya..
Aku hanya bisa mengigit bibirku dengan mata terpejam menikmati permainan lidah Om Iqbal, terkadang aku harus berjinjit tinggi agar Om Iqbal leluasa menjilati memekku, emang kedua kakiku mulai terasa pegal dan lemas, tetapi aku tidak mau permainan ini berakhir, beberapa kali aku sempat menjerit kecil ketika lidah Om Iqbal mencolok-colok liang memekku.. Oohh.. Aahhkk.. Mhmm..
Lalu Om Hakim bangkit berdiri dan dengan masih menciumi serta menjilati punggungku.. Kedua tangannya segera meremas-remas buah dadaku dari belakang, beberapa kali tubuhku tersentak nikmat ketika kedua puting payudarku dipijit-pijit oleh jari-jari Om Iqbal.. Oohh.. Nikmat sekali.
Tiba-tiba Om Iqbal memegang tangan kananku.. Dan dibimbingnya tangan kananku sehingga menyentuh celana Om Iqbal.. Terasa ada benda keras dibalik celana Om Iqbal itu.. Aku pun secara refleks segera merema-remas benda itu.. Dan mengurut-urutnya dari atas kebawah.. Lalu Om Iqbal membalikkan tubuhku, sehingga aku kini berdiri berhadapan dengan dia.
Aku tidak mau melihat wajah Om Iqbal, Tanpa sengaja aku menoleh kesamping dengan mata setengah terpejam, dan aku meringis menahan nikmat ketika Om Iqbal mulai menjilati kedua buah dadaku.. Dan secara bergantian mengisap-isap kedua puting buah dadaku.
Aku sudah benar-benar terangsang hebat.. Apalagi ketika jari telunjuk tangan kanan Om Iqbal menyodok-nyodok ke dalam liang memekku.. Aku semakin merenggangkan kedua pahaku.. Oohh.. Nggkk.. Desahku.. Lalu Om Iqbal menghentikan permainannya tampak dia membuka celana panjangnya dan melepasnya.
Kemudian celana kolor nyapun dilepas maka tampaklah batang kemaluan Om Iqbal yang besar, hitam, keras dan panjang itu.. Kemudian Om Iqbal duduk ditepian ranjang.. Aku tahu maksud Om Iqbal.. Dan tanpa disuruh akupun segera berlutut diantara kedua kaki Om Iqbal..
Tampak batang kemaluan Om Iqbal yang berdiri tegak dan keras sehingga tampak urat-uratnya menonjol. Segera aku mencekal batang kemaluan Om Hakim dan dengan ganas aku ciumin batang kemaluan Om Hakim itu.. Terdengar Om Iqbal sedikit mengerang sembari merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.. Akupun segera beraksi.
Kujilati batang kemaluan Om Iqbal itu dari pangkal sampai kekepala.. Lalu kuisap, kukulum dalam mulut sementara tangan kiriku mengelus-elus biji pelirnya terasa beberapa kali tubuh Om Iqbal tersentak karena nikmat.. Lalu kujilati biji pelir Om Iqbal..
Terdengar.. Aaahhkk.. Om Iqbal mengerang kenikmatan, mendengar itu aku tambah gairah.. Terus ku jilati biji pelir Om Iqbal itu.
Sementara tangan kananku mengurut-urut batang kemaluannya.. Semakin lama aku semakin lost kontrol.. Dengan kedua tanganku ku angkat kedua paha Om Iqbal sehingga kedua lutut Om Iqbal hampir menyentuh dadanya..
Dengan posisi demikian aku leluasa menjilati batang kemaluan Om Iqbal.. Dari ujung kepala sampai ke sekitar biji pelirnya.
Lalu aku menjilat semakin kebawah.. Kebawah.. Dan akhirnya ujung lidahku menyentuh dubur Om Iqbal yang berbulu itu.. Segera lidah ku menari-nari diatas dubur Om Hakim.. Terasa sekali tubuh Om Iqbal beberapa kali bergetar.. Aakkh.. Oougghh.. Erangnya.. Mendengar itu aku tambah bernapsu.. Kucolok-colok lobang pantat Om Iqbal dengan ujung lidahku.. Semakin dalam ku julurkan lidahku ke dalam lobang pantat Om Iqbal
Semakin bergetar tubuh Om Iqbal terasa beberapa kali batang kemaluan Om Iqbal yang ku kocok berdenyut-denyut rupanya Om Iqbal sudah tidak tahan.. Lalu ia memegang tanganku dan membimbing ku naik ke atas ranjang.
Aku disuruh menungging diatas ranjang.. Rupanya Om Iqbal menginginkan dogystyle.. Ah itu yang aku sukai.. Tetapi bagaimana kalau Om Iqbal menginginkan anal sex.. Ah.. Aku tidak membayangkan batang kemaluan Om Iqbal yang besar dan panjang itu masuk ke dalam duburku.. Oohh mudah-mudahan jangan.. harapku.
Sebelum mencobloskan batang kemaluannya.. Om Iqbal sekali lagi memperhatikan bentuk kemaluanku dari belakang, aku pun menanti penuh harap.. Dan akhirnya terasa batang kemaluan Om Iqbal menempel dibibir memekku dan masuk perlahan-lahan ke dalam liang kemaluan ku.. terasa seret.. tapi.. nikmat.
Oohh.. Nggk.. Ahh.. Desisku ketika seluruh batang kemaluan Om Iqbal amblas.. Lalu ia mulai melakukan gerakan erotisnya.. Ahh.. Nikmat sekali.. Dan aku benar-benar mencapai klimaks dalam posisi demikian.. Rupanya Om Iqbal belum klimaks juga.. Lalu ia menyuruh aku berbaring miring.. Sementara dia berada dibelakang punggungku..
Aku segera menekuk kedua lututku.. Dan membiarkan Om Iqbal mencobloskan batang kemaluannya ke dalam memekku.. Ooucch.. Aahh.. Nikmat sekali.. Dalam posisi demikian tangan kanan Om Iqbal leluasa meremas-remas buah dadaku dari belakang.. Hentakan Om Iqbal makin lama makin keras dan cepat.. Aku tahu kalau Om Iqbal hampir klimaks.
Tetapi aku enggak mau dia mengeluarkan air maninya dalam memekku.. Lalu aku memegang pinggul Om Iqbal. Dan otomatis Om Iqbal menghentikan gerakannya.. Lalu aku mencopot batang kemaluan Om Iqbal dari memekku.. Dan dengan gesit akupun berlutut disamping Om Iqbal..
Tampak Om Iqbal tersenyum.. Tapi aku tidak peduli.. Aku segera menjilati batang kemaluan Om Iqbal yang berlendir itu.. Lalu kuisap-isap batang yang keras dan berurat itu.. Ooh.. Nggkk.. Aakk.. Om Iqbal mengerang keenakan.
Dan aku semakin mempercepat gerakan kepala ku naik turun, beberapa kali Om Iqbql mengerang sembari mengeliat, ternyata Om Iqbal ini kuat juga pikirku.. Lalu aku membasahi telunjuk tangan kiriku dengan ludahku, setelah itu kucucukan telunjuk jari ku itu ke dalam dubur Om Iqbal.
Tampak tubuh Om Iqbal sedikit tersentak ketika aku menekan jariku lebih dalam lagi kelobang pantat Om Iqbal.. Rupanya Om Iqbql merasakan nikmat luar biasa dengan isapanku pada batang kemaluannya dan sodokan jari ku di anusnya.
Hingga.. Aaahh.. Aaakkhh.. Om Iqbal mengerang hebat bersamaan dengan menyemburnya air mani Om Hakim dalam mulutku.
Crott.. Croot.. Banyak sekali.. Akupun rada gelagapan.. Sehingga sebagian air mani Om Iqbal aku telan.. Sengaja aku mencabut jariku dari lobang pantat Om Iqbal secara perlahan-lahan dan hal ini membuat semburan air mani Om Iqbal tidak dapat ditahan, lalu aku melepas batang kemaluan Om Iqbal dari dalam mulutku.. Tampak sedikit sisa-sisa air mani Om Iqbal keluar.. Dan aku segera menyapu dengan lidahku cairan kental itu..
“Hebat.. Hebat.. Sekali kau Dik Tia..” puji Om Iqbal, aku hanya tersenym saja.
Lalu Om Iqbal bangkit dan kembali mengenakan celananya..
“Kamu tidak akan menceritakan kejadian ini sama siapa-apa kan?” tanya Om Iqbal yang memandangiku yang masih duduk berlutut diatas ranjang, lalu Om Iqbal menjulurkan tangannya dan menyeka sudut bibirku dari sisa airmaninya, aku hanya tersenyum saja.. Dalam hati.. Gila.. Mana mungkin aku cerita ke siapa-siapa.. Bertemu dengan dia lagi juga aku ogah.. pikirku.
Dan begitulah ceritanya.. Setelah kejadian itu aku tidak mau berkunjung ke rumah kawanku itu.. Walau sampai sekarang aku masih berteman baik dengan Sinta, memang beberapa kali Om Iqbal menelponku.. Tetapi aku menghindar.. Bagiku itu hanya sebuah pengalaman saja.. Dan akupun tidak mau mengulang pada orang yang sama.. Kecuali pada tunanganku..selesai.
Komentar
Posting Komentar